Minggu, 18 November 2012

TUGAS SOFTSKILL ETIKA BISNIS 2


Rina Sukasih
14209487/ 4EA11



Bagaimana caranya apabila anda diumpamakan menjadi Manajer dari sebah band, apa yang harus anda lakukan untuk mengembangkan karier band ini dengan tidak melanggar etika bermusik dan etika yang lainnya?

Tugas utama seorang manajer band adalah menjaga keutuhan band yang ditanganinya. Seorang manajer harus bisa menyelesaikan perselisihan antarpersonil atau dengan pihak luar. Untuk itu, seorang manajer yang baik harus juga mengenal karakter personil band luar-dalam. Ini akan sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan keutuhan band.

Selain itu, seorang manajer band juga memiliki tugas seperti:

1). Bagaimana anda menjual produk (lagu) band tersebut?

a. Promosi
Suatu band akan menghasilkan sebuah karya berupa lagu yang nantinya akan dilempar ke pasar musik Indonesia, yang kesuksesannya tergantung bagaimana cara seorang manajer band menjual produk (lagu) tersebut ke seluruh penikmat musik melalui promosi-promosi yang dilakukan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 
- Melalui media elektronik seperti radio, televisi, youtube dan lain-lain.
- Melalui media sosial seperti Facebook, Twitter,Whats App, dan Skype.
- Melalui RBT/NSP dari Operator Seluler.
- Tampil di acara-acara pensi sekolah, kampus ataupun event-event.

b. Kualitas Lagu
Kualitas dari sebuah lagu sangatlah penting untuk diperhatikan, karena kualitas lagu merupakan salah satu point penting dalam suksesnya penjualan sebuah lagu. Untuk itu dalam proses perekamannya harus sesuai dengan standar yang sudah ada agar sound yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus sehingga membuat lagu tersebut bisa dikenal oleh orang banyak.

2). Langkah apa yang anda lakukan untuk mengembangkan band tersebut.

Mengembangkan dan membangun website band Anda untuk memberikan merek yang unik.
Mengirimkan siaran pers rutin untuk menginformasikan kepada publik tentang berita band.
 Membangun mailing list band anda dengan profesional pemasaran.

3). Solusi apa yang anda lakukan bila lagu itu sudah "bosan" di dengar orang ?

 Solusi yang akan saya lakukan bila lagu tersebut sudah bosan didengar orang adalah dengan mengeluarkan lagu atau single terbaru yang lebih baik lagi dari lagu sebelumnya.

4). Tanggapan tentang grup band Platinoem
Menurut pendapat saya, bandnya sudah kompak dan solid..

Minggu, 28 Oktober 2012

Tugas 1 ( Etika Bisnis 1 )


Rina Sukasih
14209487/ 4EA11


1. Pengertian Etika

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).


2. Etika yang kita lakukan sehari-hari dan etika dalam berbisnis.

Etika yang kita lakukan sehari-hari : Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya

Contohnya : 
       a. Bersikap hormat kepada orang yang lebih tua, dengan tutur kata yang sopan jika berbicara.
·      b. Bersikap sopan santun jika berada ditengah masyarakat, seperti tidak meludah di sembarang tempat.
·      c. Selalu berpamitan kepada orangtua dan mencium tangan mereka ketika akan pergi.
·      d. Tidak berkata dan berbuat kasar kepada siapapun.
·      e. Bersikap menghargai kepada mereka yang usianya lebih muda.
·      f. Tidak bersendawa ketika sedang makan.
·      g. Selalu mengucapkan salam ketika bertamu dan bertemu dengan orang lain.

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi    dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan     perundang-undangan



3.Etika Teleologi dan Etika Deontology

Etika Teleologi

Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan logosperkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolf, seorang filsuf jerman abad ke - 18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia.
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya  suatu tindakan dilakukan , Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir.Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat.Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum.Perbincangan “baik” dan “jahat” harus diimbangi dengan “benar” dan “salah”. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika “yang baik” itu dipersempit menjadi “yang baik bagi diri sendiri.

a. Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Contoh : (mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi “kekuasaan” dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus mendapatkannya.

b. Utilitarianisme
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja  satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : melakukan kerja bakti yang di adakan di lingkungan sekitar, sebagai upaya untuk kebersihan lingkungan dan membuat tempat tersebut juga jadi nyaman dan sehat untuk masyarakatnya.


Etika Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata  Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Contoh : kewajiban seseorang yang memiliki dan mempecayai agamanya, maka orang tersebut harus beribadah,  menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.


Sumber:

Sabtu, 27 Oktober 2012

Tugas 1b (Etika Bisnis 1)


Rina Sukasih
14209487/ 4EA11


1. Pengertian Etika dan Moral

a.Pengertian Etika
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika) (id.wikipedia.org).
Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics(bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian.
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu;
1.Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
2.Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

b. Pengertian Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.




2. Macam – macam Norma

a. Norma Agama
Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya. Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang tersebut cenderung melanggar norma-norma agama.
b. Norma Kesusilaan
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma kesusilan.
c. Norma Kesopanan
Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari norma kesopanan.
d. Norma Kebiasaan (Habit)
Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung adalah contoh dari norma ini.
e. Norma Hukum
Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu lalulintas adalah salah satu contoh dari norma hukum.



3.      Teori Etika , yaitu :

a. Etika Hak
Teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
b. Etika Keutamaan
Teori keutamaan (virtue) memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori – teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma.
Etika keutamaan adalah memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan adalah kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras, dan hidup yang baik.
c. Etika Utilitarisme
Teori Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) criteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan.





4.Secara umum etika dibagi menjadi 2, yaitu:
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapankesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, d a n  a n ta ra  se bag ai  makh lu k berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf:1991: 23), sebagai berikut:

Etika Deskriptif 
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilakumanusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagaisesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai faktasecara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatufakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Da-patdisimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilaidalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkanmanusia dapat bertindak secara etis.

Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnyadimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dantindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan meng-hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakatidan berlaku di masyarakat.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapatdiklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
Jenis pertama,
etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khususmembicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
Jenis kedua,
etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yangmembicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma,karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadiilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
• Jenis ketiga,
etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan  eva luatif  yang  hanya  memberikan nilai baik  buruknya  terhadap  peril aku  man us ia. D ala m  hal  ini t idak perlu menunjukkan  adanya fakta,  cukup  informasi, meng anjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.



5. Mitos Bisnis Amoral

Bisnis adalah Bisnis,bisnis tidak boleh dicampur adukkan dengan etika,demikian beberapa ungkapan yang kadang terdengar yang menggambarkan hubungan bisnis dan etika,inilah ungkapan yang oleh De George disebut sebagai mitos bisnis amoral.menurut mitos ini,karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk mendapatkan keuntungan,maka yang jadi pusat perhatian orang bisnis adalah bagaimana memproduksi , mengedarkan,menjual dan membeli barang dan medapatkan keuntungan.singkatnya sasaran dan tujuan bahkan tujuan satu satunya dari sebuah bisnis adalah mendapatkan keuntungan sebesar besarnya.atas dasar ini meuncul beberapa argument yang pada dasarnya memperlihatkakn bahwa antara bisnis dan etika tidak ada hubungannya sama sekalai.
Pertama,seperti halnya judi,bisnis adalah sebuah bentuk persaingan,sebuah bentuk  persaingan semua orang yang terlibat didalamnya selalu berusaha dengan segala macam cara dan upaya untuk bias menang.
Kedua,aturan yang dipakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang ada dan dikenal dalam kehidupan sosisal pada umunya demikian pula dengan bisnis aturan bisnis jelas berbeda dari aturan social dan moral pada umunya. Karena itu bisnis tidak dapat dinilai dengan aturan moral dan social sebagaimana kita temukan dalam kehidupan social.
Ketiga ,orang bisnis yang masih mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan ditengan persaingan yang ketat tersebut.
Jadi bisnis dan etika adalah dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain.dan orang bisnis tidak perlu memperhatikan imbauan imbauan,norma norma dan nilai nilai moral.
Bisnis memang sering diibaratkan dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau permainan penuh persaingan ketat nemun bisnis tidak sepenuhnya seratus persen sama dengan judi atau permainan,orang bisnis memang perlu menerapkan cara dan strategi itu harus diperhitungkan dengan matang sehingga tidak sampai merugikan orang atau pihak lain agar pada akhirnya juga tidak sampai merugikan diri sendii,karena dalam bisnis adalah manusiawi yang dipertaruhkan maka cara dan strategi untuk menang pun harus manusiawi,dengan kata lain cara dan strategi bisnis pun harus etis.
Kegiatan bisnis adalah kegiatan manusia,bisnis dapat dan memang pada tempatnya untuk dinilai dari sudut pandangan moral dari sudut pandang baik buruknya tindakan bisnis manusia sejauh sebagai manusia ,persis sama seperti semua kegiatan manusia lainnya juga dinilai dari sudut pangang moral,seperti dikatakan Richard De George “Bisnis seperti kebanyakan kegiatan social lainnya,mengandakan suatu latar belakang moral dan mustahil bias dijalankan tanpa ada latar belakang moral seperti itu,,,jiaka setiap orang yang terlibat dalam bisnis pembeli, penjual,produsen, manager, karyawan, konsumen berindak secara immoral atau bahkan amoral maka bisnis akan segera berhenti.moralitas adalah minyak yang menghidupkan serta lem yang merekatkan seluruh masyarakat,begitu juga bisnis.
Bisnis bukanlah sebuah kegiatan yang dipagari atau dibentengi secara kokoh ditengah masyarakat,dimana setiap orang yang hendak masuk kedalamnya harus menanggalkan terlebih dahulu seemua nialai dan norma moral yang dikenalnya dalam kehidupan social.justru sebaliknyasebagai bagian integral masyarakat nilai dan norma moral dalam masyarakat ikut mempengaruhi praktek bisnis dan setiap orang yang masuk kedalamnya membawa serta nilai dan norma moral tsb,atas dasar ini bisnis yang berhasil juga sebagai besar ditentukan dan diukur berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat itu,termasuk nilai dan norma moral.artinya kalau mau berhasil operasi bisnis tidak hanya ditentuka oleh kiat bisnis murni melainkan juga oleh penghayatan nilai dan norma moral social.




6. Prinsip – prinsip Etika Bisnis

Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
  • Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
  • Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
  • Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
  • Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
  • Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

7. Stakeholder
Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu rencana. Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagimana dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.
Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu issu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini sangat penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.
Kategori Stakeholder
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok ODA (1995) mengelompkkan stakeholder kedalam yaitu stakeholder primer, sekunder dan stakeholder kunci . Sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder seperti berikut :
Stakeholder Utama (primer)
Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.
1.Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak (kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat
2.Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.
Stakeholder Pendukung (sekunder)
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.
1.lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab langsung.
2.lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan.
3.Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern” (termasuk organisasi massa yang terkait).
4.Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan pemerintah.
5.Pengusaha(Badan usaha) yang terkait.
Stakeholder Kunci
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten.
1.Pemerintah Kabupaten 2.DPR Kabupaten 3.Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.





8. Etika Utilitarianisme

Dikembangkan pertama kali oleh Jeremi Bentham (1748-1832). Adalah tentang bagaimana menilai buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral.

Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme

· Manfaat

· Manfaat terbesar

· Manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang

Nilai Positif Etika Utilitarianisme

· Rasionalitas

· Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral

· Universalitas.

Kelemahan Etika Utilitarianisme

· Manfaat merupakan konsep yang begitu luas

· Etika ini tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri.

· Tidak pernah menganggap serius kemauan seseorang.

· Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.

· Jika ketiga kriteria etika bertentangan maka akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas diantara ketiganya.

· membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas.





9.a. Syarat bagi tanggung jawab moral :
Pertama, tanggung jawab mengandaikan bahwa suatu tindakan dilakukan dengan sadar dan tahu. Tanggung jawab hanya bisa dituntut dari seseorang kalau ia bertindak dengan sadar dan tahu mengenai tindakannya itu serta konsekuensi dari tindakannya. Kalau seseorang tidak tahu mengenai baik dan buruknya secara moral, dia dengan sendirinya tidak bisa punya tanggung jawab moral atas tindakanya.
Kedua, tanggung jawab juga mengandaikan adanya kebebasan pada tempat pertama. Artinya, tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas tindakanya itu dilakukan secara bebas. Ini berarti orang tersebut melakukan tindakan itu bukan dalam keadaan dipaksa atau terpaksa. Ia sendiri secara bebas dan suka rela melakukan tindakan itu. Jadi, kalau seseorang terpaksa atau dipaksa melakukan suatu tindakan, secara moral ia tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas tindakanya itu.
Ketiga, tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu. Ia sendiri mau dan bersedia melakukan tindakan itu.

b. Status Perusahaan
Terdapat dua pandangan ( Richard T. De George, Business Ethics, hlm. 153), yaitu :
· Legal-creator
· Legal-recognition
c.  Argumen yang mendukung dan menentang perlunya keterlibatan sosial perusahaan.
Argument yang mendukung perlunya keterlibatan sosial perusahaan:
· Kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah
· Terbatasnya SDA
· Lingkungan sosial yang lebih baik
· Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan
· Bisnis mempunyai sumber daya yang berguna
· Keuntungan jangka panjang

Argument yang menentang perlunya keterlibatan sosial perusahaan:
· Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya
· Tujuan yang terbagi-bagi dan harapan yang membingungkan
· Biaya keterlibatan sosial
· Kurangnya tenaga terampil di bidang kegiatan sosial.





Senin, 07 Mei 2012

Adverbial Clause

Nama : Rina Sukasih 
NPM : 14209487 
Kelas : 3EA11

Adverbial Clause 

An adverbial clause is a dependent clause that functions as an adverb. In other words, it contains a subject (explicit or implied) and apredicate, and it modifies a verb. 

  • I saw Joe when I went to the store. (explicit subject I) 
  • He sat quietly in order to appear polite. (implied subject he) 


 According to Sidney Greenbaum and Randolph Quirk, adverbial clauses function mainly as adjuncts or disjuncts. In these functions they are like adverbial phrases, but due to their potentiality for greater explicitness, they are more often like prepositional phrases (Greenbaum andQuirk,1990): 

  • We left after the speeches ended. (adverbial clause) 
  • We left after the end of the speeches. (adverbial prepositional phrase) 

Contrast adverbial clauses with adverbial phrases, which do not contain a clause. 

  •  I like to fly kites for fun

Adverbial clauses modify verbs, adjectives or other adverbs. For example: 

  • Hardly had I reached the station when the train started to leave the platform. 

The adverbial clause in this sentence is "when the train started to leave the platform" because it is a subordinate clause and because it has the trigger word (subordinate conjunction) "when". 

Kind of Adverbial Clause 

Concessive Clauses 

Concessive clauses are used to concede a given point in an argument. The principle concessive conjunctions introducing a concessive clause are: Though, although, even though, while, and even if. They can be placed at the beginning, internally or at the of the sentence. When placed at the beginning or internally, they serve to concede a certain part of an argument before proceeding to question the validity of the point in a given discussion.

For example: 

Even though there are many advantages to working the night shift, people who do so generally feel that the disadvantages greatly outweigh any financial advantages that might be gained. 

By placing the concessive clause at the end of the sentence, the speaker is admitting a weakness or problem in that particular argument. 

For example: 

I tried hard to complete the task, though it seemed impossible. 

Time Clauses 

Time clauses are used to indicate the time that an event in the main clause takes place. The main time conjunctions are: when, as soon as, before, after, by the time, by. They are placed either at the beginning or the end of a sentence. When placed at the beginning of the sentence, the speaker is generally stressing the importance of the time indicated. 

For example: 

As soon as you arrive, give me a call.

Most often time clauses are placed at the end of a sentence and indicate the time that the action of the main clause takes place.

For example

I had difficulties with English grammar when I was a child. 

Place Clauses 

Place clauses define the location of the object of the main clause. Place conjunctions include where and in which. They are generally placed following a main clause in order to define the location of the object of the main clause. 

For example: 

I will never forget Seattle where I spent so many wonderful summers. 

Reason Clauses 

Reason clauses define the reason behind a statement or action given in the main clause. Reason conjunctions include because, as, due to, and the phrase "that the reason why". They can be placed either before or after the main clause. If placed before the main clause, the reason clause usually gives emphasis to that particular reason. 

For example

Because of the tardiness of my response, I was not allowed to enter the institution

Generally the reason clause follows the main clauses and explains it. 

For example: 

I studied hard because I wanted to pass the test. 

Sources: