Selasa, 20 Desember 2011

BAB 7 Sikap,Motivasi dan Konsep diri

Tugas Pertemuan Ke 3 Perilaku Konsumen
Rina Sukasih
14209487
3EA11
BAB 7 Sikap, Motivasi dan Konsep Diri terhadap Perilaku Konsumen

BAB 1
PENDAHULUAN


Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).

7.1 Komponen Sikap
Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu,

a. Kognitif (cognitive).
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.



b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.

c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo ,1997).

7.2 Sifat –sifat sikap dari perilaku konsumen yaitu:

1. Consumer Behavior Is Dynamic
Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu perusahaan harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih
konsumennya.

2. Consumer Behavior Involves Interactions
Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.

3. Consumer Behavior Involves Exchange
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya.

7.3 Penggunaan multi atribut,attidude model untuk memahami sikap konsumen

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsmen mengenai suatu objek, atributnya, manfaatnya. Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan suatu produk dan atributnya kepada konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut tersebut. Berikut adalah beberapa karakteristik sikap antara lain :

1.Sikap positif, negatif, netral.
2.Keyakinan sikap.
3.Sikap memiliki objek.
4.Konsistensi sikap.
5.Resistensi sikap.

Berikut penggunaan multi atribut attidude ada tiga yaitu :

1.Theattribute-toward-objectmodel:
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.

2.Theattitude-toward-behaviormodel
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap terhadap objek.Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.

3.Theoryof-reasoned-actionmodel
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.

7.4 Pentingnya feeling dalam memahami sikap konsumen


Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the body, and Way of feeling.

7.5 Pengunaan sikap untuk memperkirakan perilaku konsumen
Sebagai konsumen, kita masing – masing mempunyai berbagai macam sikap terhadap produksi, jasa iklan, pesanan langsung melalui surat (direct mail), internet, dan toko ritel. Dalam konteks perilaku konsumen, pengertian mengenai berbagai sikap yang umum akan memberi manfaat strategis yang besar. Untuk sampai ke inti yang mendorong perilaku para konsumen, riset sikap telah digunakan untuk mempelajari berbagai macam masalah pemasaran yang strategis.
Tujuan riset untuk mengenali sikap – sikap terakhir sebagai dasar untuk memuaskan berbagai kebutuhan konsumen dengan lebih baik .

7.6 Dinamika proses motivasi

Pengertian Motivasi

Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.

Dinamika proses motivasi
Proses motivasi :

1. Tujuan.
Perusahaan harus bias menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu.

2. Mengetahui kepentingan.
Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata

3. Komunikasi efektif.
Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.

4. Integrasi tujuan.
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan individu konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.

5. Fasilitas.
Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

7.7 Kegunaan dan stabilitas pola motivasi

Motivasi merupakan dorongan/tenaga pendorong pada diri individu/seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi. Motivasi konsumen
Dalam menjawab pertanyaan mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan motivasi seorang konsumen. Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan penggunaan suatu produk.

7.8 Memahami kebutuhan konsumen

Kebutuhan konsumen merupakan faktor yang dipengaruhi oleh beberapa kriteria sbb:

1.Kebutuhan yang dimaksud adalah keinginan yang dilandasi oleh kebutuhan yang tidak dapat dihindari antara lain:kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, kenyamanan, keamanan dimana satu sama lain konsumen memiliki perbedaan
kebutuhan sosial seperti aktualisasi diri, harga diri, perhatian orang lain sangat ditentukan oleh strata sosial yang dimiliki konsumen misalnya tingkat pernghasilan, lingkungan.
Kebutuhan individual seperti pendidikan, penampilan dll.

2. Keinginan (wants) merupakan kebutuhan yang dibentuk oleh kultur dan kepribadian konsumen yang akan membentuk permintaan (demand) yang akan memberikan kepuasan bagi konsumen bersangkutan

3. Kebutuhan psikologis. Jenis kebutuhan seperti ini dilatarbelakangi oleh kemampuan daya beli konsumen yang melebihi tingkat kebutuhannya. Artinya kelompok konsumen yang berpenghasilan tinggi secara psikolgis mereka ingin tampil beda dengan konsumen lainnya. Keinginan terhadap suatu produk tidak mempertimbangkan harga tetapi produk yang mampu mengangkat harga dari konsumen seperti mobil, arloji, lukisan atau benda seni dan produk bermerk lainnya .

BAB II
PEMBAHASAN


Studi Kasus

ANALISIS SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN PRODUK LPG 3 KG (Studi pada Masyarakat di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandarlampung)
Masyarakat di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjungkarang Pusat merupakan wilayah penerima paket kompor gas klaster pertama dengan jumlah rumah tangga sebesar 1462 kepala keluarga. Masalah yang dialami masyarakat dalam penggunaan produk LPG 3 kg adalah masih terdapat keluarga yang tidak menerima paket kompor gas. Hal ini dikarenakan sikap dan perilaku masyarakat yang menganggap bahwa gas tidak bermanfaat dan berbahaya untuk digunakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah sikap dan perilaku konsumen dalam penggunaan produk LPG 3 kg di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandarlampung adalah baik atau tidak baik” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku konsumen dalam penggunaan produk LPG 3 kg di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandarlampung. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian deskriptif explanatory dengan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif dari multiatribut Fishbein untuk mengukur sikap dan perilaku konsumen dalam menggunakan gas. Hasil analisis menunjukkan bahwa sikap dan perilaku konsumen dalam penggunaan produk LPG 3 kg di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjungkarang Pusat adalah baik, berarti penilaian konsumen terhadap 7 (tujuh) atribut produk LPG yang ada belum mendapat nilai ideal, hanya ada satu atribut yang mendapat nilai ideal sangat baik bagi konsumen yaitu atribut kecepatan memasak. Penilaian konsumen mengenai atribut kualitas dan kemasan LPG, atribut praktis dan mudah memperoleh isi ulang LPG, atribut kebersihan, dan atribut media sosialisasi mendapat kategori baik. Atribut harga LPG mendapat nilai netral dan atribut keamanan masuk dalam kategori tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa atribut keamanan merupakan atribut yang sangat penting bagi konsumen dalam menggunakan LPG 3 kg. Agar mencapai nilai sikap dan perilaku yang ideal, perusahaan penyedia produk LPG 3 kg perlu memperhatikan kualitas dan kemasan LPG dengan cara melakukan penarikan layak edar pada tabung LPG yang berkarat, penyok dan bocor, serta memberikan jaminan atau garansi kepada konsumen apabila tabung LPG rusak sebelum digunakan. Dan bagi masyarakat harus berhati-hati dalam pemakaian kompor gas dengan cara memperhatikan petunjuk dan tata cara pemakaian kompor gas yang baik dan benar serta aman untuk digunakan.

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan dan Saran

Sikap dan perilaku konsumen dalam penggunaan produk LPG 3 kg sangat baik walaupun sebagian keluarga ada yang menganggap bahwa gas tidak bermanfaat dan berbahaya untuk digunakan. . Dan bagi masyarakat harus berhati-hati dalam pemakaian kompor gas dengan cara memperhatikan petunjuk dan tata cara pemakaian kompor gas yang baik dan benar serta aman untuk digunakan.

Sumber :
://ilmucomputer2.blogspot.com/2009/10/pengertian-sikap-komponen-sikap.html
hamamsatrio.blogspot.com
shenifa.wordpress.com
wartawarga.gunadarma.ac.id
http://www.slideshare.net/reneeshable/chapter-8-pembentukan-dan-pengubahan-sikap-konsumen
http://delviadelvi.wordpress.com/2011/01/20/sikap-motivasi-dan-konsep-diri-terhadap-perilaku-konsumen/
http://sihombingruben.blogspot.com/2009/11/motivasi-konsumen_2991.html
http://nitapuspita.wordpress.com/2011/02/26/memahami-pasar-dan-kebutuhan-konsumen/
http://lemlit.unila.ac.id:8180/dspace/handle/123456789/2478

Rabu, 09 November 2011

Softskill Perilaku Konsumen 2

BAB IV

PENDAHULUAN

Evaluasi Alternatif Sebelum Pembelian

4.1 Kriteria Evaluasi

Kriteria evaluasi, salah satu aktivitas dalam proses pengambilan keputusan konsumen, memegang peranan penting dalam memprediksi perilaku pembelian konsumen. Saat konsumen melakukan aktivitas ini, mereka sedang mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada satu produk dan menilai atribut mana yang lebih penting untuknya yang ia gunakan sebagai dasar keputusan memilih produk (Kotler, 2005).

4.2 Penentuan Alternatif Pilihan

Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin mempertimbangkan criteria, keselamatan, kenyamana, harga, merek, negara asal (country of origin) dan juga spek hedonik seperti gengsi, kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya. Beberapa criteria eveluasi yang umum adalah:

1. Harga
Harga menentukan pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan memiliha harga yang murahuntuk suatu produk yang ia tahu spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indicator kualitas. Oleh karena itu strategi harga hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk.

2. Nama Merek
Merek terbukti menjadi determinan penting dalam pembelian obat. Nampaknya merek merupakan penganti dari mutu dan spesifikasi produk. Ketika konsumen sulit menilai criteria kualitas produk, kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian.

3. Negara asal
Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi pertimbangan penting dikalangan konsumen. negara asal sering mencitrakan kualitas produk. Konsumen mungkin sudah tidak meraguakan lagi kualitas produk elektronik dari Jepan. Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss meruapak produk yang handal tak teragukan.

4. Saliensi kriteria evaluasi
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa criteria evluasi kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa harga adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut yang mencook (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut determinan.

PEMBAHASAN

Contoh kasus :

Istilah pasar banyak diartikan secara beda sesuai dengan sudut pandang penglihatan. Disini, kebutuhan dan keinginan konsumen mengawali kehadiran produk yang dapat memenuhinya. Hal tersebut, terungkap melalui jembatan penyeberangan motivasi dan kemampuan membeli yang dimiliki konsumen. Analisa pasar adalah suatu proses untuk menentukan potensi penjualan. Potensi pasar adalah suatu perkiraan kapasitas dari suatu pasar untuk menyerap barang produksi. Perkiraan tersebut bisa dinyatakan dalam bentuk fisik atau dalam jumlah mata uang, atau bisa dalam bentuk persentase. Analisi pasar perpindahan kartu pra bayar disini, yaitu memperkirakan atau memprediksi pangsa pasar di masa akan datang dengan melihat besar persentase loyalitas pelanggan untuk tetap setia atau beralih ke
suatu merek selama kurun waktu satu tahun.

Kartu pra bayar GSM adalah suatu kartu telepon GSM yang pembayarannya dilakukan pada awal pembayaran sebelum digunakan, sedangkan yang dimaksud dengan kartu pasca bayar GSM adalah kartu telepon GSM yang pembayarannya dilakukan diakhir atau setelah penggunaan telepon. Biasanya jenis kartu pasca bayar ini tidak sering digunakan karena tergolong lebih rumit baik dari segi pembayaran dan peregistrasiannya, cara pembayaran kartu ini sama halnya dengan rekening listrik, penggunaan kartu kredit dan rekening telepon rumah.

Oleh karena itu, banyak konsumen yang menggunakan jenis kartu pra bayar GSM dibandingkan dengan kartu pasca bayar. Khususnya studi kasus dalam penelitian ini yaitu pada mahasiswa UNDIP Semarang. Kalangan mahasiswa lebih banyak menggunakan kartu pra bayar dikarenakan kartu pra bayar lebih mudah dalam pembayaran dan besar nilai nominal dalam isi ulang kartu pra bayar ini dapat disesuaikan dengan keuangan mahasiswa.

Seiring dengan perkembangan perekonomian yang semakin dinamis, yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan dalam dunia bisnis dan tingkat persaingan yang semakin meningkat, menyebabkan semakin banyak konsumsi produk yang ditawarkan di pasar guna memenuhi kebutuhan konsumen. Persaingan bisnis yang ketat salah satunya ditunjukkan dengan semakin beraneka ragamnya jenis produk dan fitur-fitur yang diberikan atau ditawarkan, karena dengan semakin banyaknya varian merek produk sejenis beserta fitur-fiturnya yang saling beradu kelebihan memikat konsumen, maka akan semakin besar kemungkinan dari keinginan konsumen untuk beralih ke pemilihan merek lainnya (brand switching) atau tetap setia pada produk yang disukainya.. Selama kurun waktu setahun, konsumen memungkinkan untuk melakukan perpindahan merek kartu pra bayar GSM lebih dari satu kali. Akan tetapi, perpindahan merek ini dihitung dari pertama kali konsumen menggunakan merek tertentu sampai dengan terakhir kali konsumen menggunakan merek tertentu.

Persaingan ketat pada bisnis Kartu Prabayar GSM dari berbagai Operator Telepon Seluler menuntut strategi perubahan dan perbaikan secara lebih baik dalam menghasilkan produk atau layanan yang berkualitas tinggi dengan harga yang wajar dan bersaing. Operator telepon seluler perlu mengetahui perpindahan merek untuk masing-masing periodenya dan menganalisis atribut-atribut produk dan layanan yang menjadi peringkat preferensi konsumen dalam memilih dan membeli suatu produk atau layanan. Penelitian ini memanfaatkan analisis merek dengan metode rantai markov.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tetap loyalnya atau berpindahnya konsumen dapat diketahui dari peringkat preferensi konsumen terhadap atribut atau layanan yang paling dipertimbangkan. Dari hasil penelitian bahwasanya harga kartu perdana/voucher isi ulang merupakan faktor yang paling berpengaruh bagi konsumen untuk tetap loyal karena harga kartu perdana / voucher isi ulang menduduki peringkat pertama. Banyak konsumen yang berpindah merek ke kartu pra bayar IM3, ini ditunjukkan oleh tingginya angka probabilitas transisi, konsumen dari merek kartu pra bayar IM3 juga memiliki loyalitas paling tinggi, kemudian diikuti merek kartu pra bayar Simpati, Mentari, AS, XL, Three dan Axis. Kondisi steady state terjadi pada periode ke-29, sehingga didapatkan kemungkinan probabilitas pasar yang akan datang untuk kartu pra bayar Simpati sebesar 4,43%; AS sebesar 3,87%; IM3 sebesar 76,25%; Mentari sebesar 0,18%; XL sebesar 1,33%; Three sebesar 4,83% dan Axis sebesar 9,11%.

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Sebaiknya disarankan sebelum memilih menggunakan salah satu merek Operator Telepon Seluler harus diperiksa terlebih dahulu kualitas produk atau layanan yang dihasilkan masing-masing merek Operator Telepon Seluler apakah sesuai dengan kebutuhan kita.

BAB V

PENDAHULUAN

Pembelian

5.1 Proses Keputusan Membeli

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.
Menurut Kotler (1997) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan pembelian, anatara lain:

1. Pengenalan Masalah
Merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali suatu masalah atau kebutuhan.

2. Pencarian informasi.
Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia untuk membelinya.

3. Evaluasi Alternatif
Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.

4. Keputusan Pembeli
Setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara beberapa merek yang tersedia.

5. Evaluasi Pasca Pembalian
Merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.

5.2 Memilih Alternatif Terbaik

Di dalam pengambilan keputusan, pengambil keputusan harus memilih salah satu alternatif di antara banyak alternatif. Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan pada kriteria tertentu, kompromi, atau tekanan. Memang harus diakui ada hasil keputusan yang memuaskan semua pihak tetapi ada juga yang merugikan pihak lain.

5.3 Memilih Sumber-sumber Pembelian

Pencarian informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal, pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif hanya dengan membaca iklan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus tentang gambaran produk yang diinginkan.Pencarian informasi internal tentang sumber – sumber pembelian dapat berasal dari komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari pelopor opini, sedangkan informasi eksternal berasal dari media masa dan sumber informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan.

• Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
• Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan.
• Sumber publik : media massa, organisasi penilai konsumen.
• Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk.

PEMBAHASAN

Contoh kasus:

Penulis menganalisis seorang konsumen yang berprofesi sebagai mahasiswa dalam menentukan pembelian laptop sebagai penunjang kegiatan perkuliahannya. David (19) membutuhkan sebuah laptop untuk membantu kinerjanya dalam mengerjakan tugas – tugas perkuliahan.

Sesuai kebutuhan dan keinginannya David harus melakukan pembelian pada produk laptop karena laptop terdiri dari berbagai pilihan merk dan kualitas maka konsumen harus memikirkan laptop dengan merk dan kulitas apa yang diinginkan supaya produk yang di beli itu memuaskan dan penggunaanya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Harga juga berpengaruh karena David berasal dari keluarga yang sederhana. Jadi, hal utama yang dilakukan David adalah mencari informasi harga laptop yang murah namun memiliki kualitas yang bagus juga. Teknologi yang sudah semakin canggih bisa dimanfaatkan untuk mencari informasi mengenai sebuah produk yang kita inginkan yaitu melalui internet, bisa juga melalui media cetak dan media elektronik lainnya. Informasi mengenai suatu produk juga bisa didapatkan melalui pengalaman orang-orang di sekitar.

Mengapa David lebih memilih Laptop dibandingkan PC? Karena laptop mudah di bawa kemana-mana dan praktis. Keunggulan laptop yang diinginkan David adalah yang mendukung Windows 7 , Microsoft Office 2007 , baterai tahan lama , Wifi , memory cukup besar , ukuran 10 inchi dan harganya terjangkau. Dan David memiliki dua pilihan alternatifnya yaitu Acer AspireOne D260 dengan HP Mini 100 .
Dan David pun akhirnya memilih HP mini karena harganya lebih murah dan kualitasnya tidak kalah dengan Acer yang harganya lebih mahal. David membeli dengan tunai hasil tabungan dia dan tambahan dari orang tua. David ternyata telah menjalankan sebuah proses pembelian produk dalam pencarian barang yang menjadi keinginannya.

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Sebaiknya disaranakan dalam melakukan pembelian sesuatu produk hendaknya tidak dikarenakan harganya tetapi berdasarkan kualitas yang diberikan produk tersebut. Dan juga cari tahu dulu keunggulan dan kelemahan dari masing-masing produk tersebut.

BAB VI

PENDAHULUAN

Sumber Daya Konsumen & Pengetahuan

6.1 Sumber Daya Ekonomi

Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam lain. Misalnya, penggunaan energi sinar matahari, panas bumi, atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui.

6.2 Sumber Daya Sementara

a. Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)

b. Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food .

6.3 Sumber Daya Kognitif

Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme.

6.4 Kandungan Pengetahuan

Kajian MyKe mendefinisikan kandungan pengetahuan sebagai: “jumlah keupayaan sumber tenaga manusia, asset dan pengamalan kepimpinan, modal teknologi dan maklumat, hubungan kerjasama, harta intelek, stok maklumat serta kebolehan untuk berkongsi pembelajaran dan penggunaan, yang boleh digunakan untuk menjana kekayaan dan meningkatkan daya saing ekonomi”.

6.5 Organisasi Pengetahuan

Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian. Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut. Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.

(1) Pengetahuan tentang karakteristik/atribut produk
(2) Pengetahuan tentang manfaat produk
(3) Pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
(1) Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
(2) Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk

6.6 Mengukur Pengetahuan

Cara yang paling nyata dalam mengukur kemampuan pengetahuan adalah menilai secara langsung isi ingatan. Beberapa indikator pengukur pengetahuan, antara lain:

1. Pengetahuan Objektif (Objective Knowledge)
Pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan.

2. Pengetahuan Subjektif (Subjective Knowledge)
Dipengaruhi oleh kepercayaan diri seseorang, yaitu bahwa orang yang percaya diri mungkin melaporkan secara berlebihan tingkat pengetahuan mereka (Engel, Blackwell, & Miniard, 1994, p. 331-332).

PEMBAHASAN

Contoh kasus:

Sepanjang tahun 1994/1995 dilaporkan sejumlah 26 kasus keracunan makanan yang menyebabkan 1.552 orang menderita dan 25 orang meninggal, sedangkan tahun 1995/1996 dilaporkan sebanyak 30 kasus dengan 92 orang menderita dan 13 orang meninggal. Dari kasus tersebut hanya 2 – 5 kasus yang telah diidentifikasi dengan jelas penyebabnya. Diperkirakan jumlah kasus yang dilaporkan ini masih sangat rendah dibandingkan keadaan sebenarnya yang terjadi. WHO (1998) memperkirakan perbandingan antara kasus keracunan makanan yang dilaporkan dan yang sebenarnya terjadi adalah 1: 10 untuk negara maju dan 1 : 25 untuk negara yang sedang berkembang.

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian konsumen tentang keamanan pangan tercermin dari sedikitnya konsumen yang menuntut produsen untuk menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu serta klaim konsumen jika produk pangan yang dibeli tidak sesuai informasi yang tercantum pada label maupun iklan. Pengetahuan dan kepedulian konsumen yang tinggi akan sangat mendukung usaha peningkatan pendidikan keamanan pangan bagi para produsen pangan.

Sumber:

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8567/
http://abduljabal18.blogspot.com/2009/12/sumber-daya-konsumen-dan-pengetahuan.html
http://www.scribd.com/doc/51906217/3/Tahap-Tahap-Proses-Keputusan-Pembelian

Nama : Rina Sukasih

NPM : 14209487

Kelas : 3EA11

Minggu, 06 November 2011

Metode Riset Bab IV dan V

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi ( Gambaran atau Obyek Penelitian )

Dalam melakukan penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah dalam penelitian ini laporan Statistik Tahunan Indonesia dengan realisasinya tingkat tingkat pengangguran, tingkat inflasi, persentase pertumbuhan, tingkat upah, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan angkatan kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk Indonesia mulai tahun 1998 sampai dengan 2007.

2. Hasil Perhitungan

a. Berdasarkan olah data melalui microsoft excel, dapat diketahui nilai koefisien korelasi dari jumlah penduduk dan jumlah pengangguran sebesar 0.883251251. Hal ini mengindikasikan hubungan positif dan kuat antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran.
b. Berdasarkan hasil deskripsi statistik secara grafik ditemukan bahwa hubungan antara inflasi dan pengangguran positif dan lemah. Hal ini dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi sebesar 0.026707195 yang mengindikasikan lemahnya hubungan inflasi dan pengangguran.
c. Berdasarkan hasil deskripsi statistik secara grafik dan data ditemukan bahwa besaran upah memiliki kecenderungan searah terhadap jumlah pengangguran di Indonesia tahun 1980-2007. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0.940608 yang mengindikasikan hubungan kenaikan upah dengan kenaikan jumlah pengangguran bersifat positif dan kuat.
3. Analisis
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung positif secara signifikan antara jumlah penduduk,inflasi,dan upah terhadap jumlah pengangguran.




BAB V

KESIMPULAN

1. Intisari analisis

Farid Alghofari, 2007 yang meneliti mengenai hubungan antara jumlah penduduk, inflasi dan upah terhadap pengangguran ditemukan bahwa antara upah terhadap pengangguran memiliki pengaruh yang lebih signifikan daripada antara jumlah penduduk dan inflasi terhadap pengangguran.

2. Saran dan Rekomendasi

Jumlah penduduk yang semakin banyak di Indonesia harus dapat ditekan, sehingga jumlah pengangguran pun tidak semakin bertambah. dan seharusnya dalam penentuan upah harus di musyawarahkan antara pengusaha dan pegawai, upah yang baik adalah di mana pekerja menerima upah yang lebih jika perusahaan mendapat keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, dengan meningkatnya kesejahteraan pekerja, maka produktivitas pun akan meningkat, hal ini dapat meningkatkan produksi dan menguntungkan perusahaan. Akan tetapi, jika perusahaan mengalami kerugian, perusahaan cukup membayar upah pegawai tidak di bawah upah minimum yang ditetapkan.

3. Kekurangan / Kelemahan

Dalam penelitian ini adalah keterbatasan data yang diperoleh. Data upah per sektor dan upah nominal per propinsi seharusnya dapat disajikan, akan tetapi karena dinas-dinas terkait sudah tidak mempunyai data-data tersebut maka peneliti hanya menyajikan data upah rata-rata propinsi. Lalu ada beberapa data yang tidak tersedia lagi pada tahun-tahun tertentu sehingga peneliti menggunakan data per 5 tahun atau data 10 tahun terakhir.

4. Usulan/Rekomendasi Riset Selanjutnya

Usulan/rekomendasi untuk riset selanjutnya agar dapat mengkaji masalah-masalah pengangguran yang terjadi di Indonesia secara lebih kompleks.

Nama : Rina Sukasih
NPM : 14209487
Kelas : 3EA11
Tugas ini diberikan kepada : Pak Prihantoro

Minggu, 30 Oktober 2011

ANALISIS BAB III Landasan Teori " JURNAL SENDIRI "

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan Statistik Tahunan Indonesia dengan realisasinya tingkat tingkat pengangguran, tingkat inflasi, persentase pertumbuhan, tingkat upah, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan angkatan kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk Indonesia mulai tahun 1998 sampai dengan 2007.

3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
a.Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan informan.
b.Data sekunder merupakan data-data penunjang dalam penelitian ini yang diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Sumber:
Menyoal Penyebab, dan Kebijakan Penanggulangan Persisten Pengangguran, Zantermans Rajagukguk 2008
ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA TAHUN 1980-2007, Farid Alghofahri 2007
STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA, Nugraha Setiawan 2005

Tugas ini ditujukan untuk Bpk. Prihantoro

Minggu, 23 Oktober 2011

ANALISIS BAB II Landasan Teori " JURNAL SENDIRI "

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori
Menurut Keynes, pengangguran adalah hasil dari beberapa faktor yang diklasifikasikan sebagai struktural, musiman, siklikal, friksional, dan demand-deficient.

Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka.

Menurut Dumairy Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.

2.2 Tinjauan Riset Terdahulu

Apabila struktur pembangunan dapat dijalankan secara merata khususnya di luar Jawa, maka jumlah pengangguran akan dapat ditekan secara signifikan, yang berarti juga dapat menurunkan tingkat pengangguran sehingga Indonesia dapat terlepas dari cengkeraman persistensi pengangguran serta dapat bergerak menuju lingkaran kebijakan yang dicita-citakan (Zatermans Rajagukguk,2008).

Berdasarkan perhitungan tingkat pengangguran, ternyata di wilayah pedesaan tingkat penganggurannya lebih rendah, dibandingkan dengan di perkotaan. Kemungkinan besar diakibatkan banyaknya migran pencari kerja dari pedesaan yang mencari kerja di kota (Nugraha Setiawan,2005).

Jumlah penduduk memiliki hubungan yang positif dan kuat terhadap jumlah pengangguran, hal ini menunjukkan keterkaitan antara jumlah penduduk dan pengangguran sangat besar. Serta pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dan cukup kuat terhadap pengangguran hal tersebut mengindikasikan adanya keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran (Farid Alghofari, 2007).

2.3 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan dari riset terdahulu, dapat dikemukakan hipotesis berikut ini:
H1: Keterkaitan antara pembangunan yang merata dan pengangguran.
H2: Keterkaitan antara pencari kerja dan pengangguran
H3: Keterkaitan antara jumlah penduduk dan pengangguran

Sumber:
Menyoal Penyebab, dan Kebijakan Penanggulangan Persisten Pengangguran, Zantermans Rajagukguk 2008
ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA TAHUN 1980-2007, Farid Alghofahri 2007
STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA, Nugraha Setiawan 2005
Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Bahan Kuliah Manajemen

Nama : Rina Sukasih
NPM : 14209487
Kelas : 3EA11

Tugas ini ditujukan untuk Bpk.Prihantoro

Kamis, 13 Oktober 2011

TUGAS SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN BAB III

Nama : Rina Sukasih

NPM : 14209487

Kelas : 3EA11

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengambilan keputusan merupakan pemilihan diantara beberapa alternatif pemecahan masalah. Pada hakikatnya keputusan diambil jika pimpinan menghadapi masalah atau untuk mencegah timbulnya masalah dalam organisasi yang bergerak baik dalam bidang sosial maupun komersial. Ada dua kemungkinan sifat tujuan dari pengambilan keputusan. Pertama adalah tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal dalam arti bahwa sekali diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain. Kemungkinan kedua adalah tujuan pengambilan keputusan dapat bersifat ganda dalam arti bahwa satu keputusan yang diambil sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih.
Dalam setiap pengambilan keputusan para pengambil keputusan akan selalu berhadapan dengan lingkungan, dimana salah satu karakteristiknya yang paling menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan adalah ketidakpastian (Uncertainty), ini adalah salah satu sifat dimana tidak akan dapat diketahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa yang datang.
Untuk itu maka model pengambilan keputusan sangatlah penting untuk membantu para pengambil keputusan dan mengambil keputusan. Ada beberapa macam model keputusan antara lain model simulasi computer, model pohon keputusan, model probabilistik dan lain sebagainya. Dari model tersebut masing – masing memiliki tipe kasus yang berbeda tapi memiliki fungsi yang sama. Maka dari itu kami mengangkat suatu kasus dari model probabilistic untuk lebih memahami model – model pengambilan keputusan tersebut.

1.2 Landasan Teori

Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.

A.Proses Pengambilan Keputusan
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi (Brinckloe,1977) yaitu :
(1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
(2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan teknologi.



BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Proses Pengambilan Keputusan

Model-model pengambilan keputusan telah dikembangkan oleh beberapa ahli untuk memahami bagaimana seorang konsumen mengambil keputusan pembelian. Model-model pengambilan keputusan kontemporer ini menekankan kepada aktor yang berperan pada pengambilan keputusan yaitu konsumen, serta lebih mempertimbangkan aspek psikologi dan sosial individu.
Secara umum ada tiga cara/model analisis pengambilan keputusan konsumen, yakni:
1. Economic Models, pengambilan keputusan diambil berdasarkan alasan ekonomis dan bersifat lebih rasional.
2. Psychological models, diambil lebih banyak akrena lasan psikoligs dan sejumlah faktos sosilogis seperti pengaruh keluarga dan budaya
3. Consumer behaviour models, Model yang umumnya diambil kebanyakan konsumen, Dilandasi oleh faktos ekonimis rasional dan psikologis.

2.2 Tipe Proses Pengambilan Keputusan

2.2.1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.

2.2.2. Pengambilan Keputusan Rasional

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

2.2.3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta

Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

2.2.4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman

Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.

2.2.5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang

Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah

Menurut Charles dan Lester (dalam Kaur Berinderjeet, 2008), ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah dari seseorang:
1. Faktor pengalaman, baik lingkungan maupun personal seperti usia, isi pengetahuan (ilmu), pengetahuan tentang strategi penyelesaian, pengetahuan tentang konteks masalah dan isi masalah.
2. Faktor afektif, misalnya minat, motivasi, tekanan, kecemasan, toleransi terhadap ambiguitas, ketahanan dan kesabaran.
3. Faktor kognitif, seperti kemampuan membaca, kemampuan berwawasan (spatial ability), kemampuan menganalisa, ketrampilan menghitung, dan sebagainya.

2.4 Pembelian

Istilah purchasing atau pembelian sinonim dengan procurement atau pengadaan barang. Berikut adalah definisi procurement menurut Bodnar dan Hopwood (2001:323), yaitu:“Procurement is the business process of selecting a source, ordering, and acquiring goods or services.”
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti: bahwa pengadaan barang adalah proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber daya, pemesanan dan perolehan barang atau jasa.
Brown dkk. (2001:132) mengatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “managing the inputs into the organization’s transformation (production process).” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi organisasi.
Berikut adalah pendapat Galloway dkk. (2000:31) mengenai fungsi pembelian, yaitu: “The role of purchasing function is to make materials and parts of the right quality, and quantity available for use by operations at the right time and at the right place.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa peran fungsi pembelian adalah untuk mengadakan material dan part pada kualitas yang tepat dan kuantitas yang tersedia untuk digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.

2.5 Diagnosa Perilaku Konsumen

Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,yaitu:
1. Untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.
2. Perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
3. Pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen.
Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif. Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen.
1. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
2. Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi.Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
3. Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan perilaku konsumen.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen serta strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.

2.6 Studi Kasus

Pilot dan standard merupakan jenis pulpen yang paling sering digunakan oleh konsumen terutama oleh kalangan pelajar. Namun seiring berkembangnya industri pulpen, muncul berbagai merek pulpen lainnya yang memiliki ciri khas masing-masing. Sehingga diperlukan strategi pemasaran untuk mengahadapi persaingan-persaingan yang bermunculan. Salah satunya adalah dengan menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis bagaimana proses konsumen memutuskan pembelian pulpen dan membandingkan bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut-atribut pulpen yang terdapat pada pulpen pilot dengan stndard techno, baik dari tingkat kepentingannya maupun tingkat kepercayaannya. Penelitian ini dilakukan di Bogor, yaitu di kampus IPB Dramaga, dengan menggunakan disain survey. Responden yang diambil adalah 20 orang pelajar dengan melakukan wawancara tertulis yaitu kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses keputusan pembelian pulpen dimulai pada proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan evaluasi hasil pembelian. Hasil penelitian menunjukan bahwa 60 % responden memilih dorongan dari teman merupakan faktor utama yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan berdasarkan preferensinya, perbandingan atribut pulpen pilot lebih baik ketimbang pulpen standard. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai model Fishbien dimana pulpen pilot lebih tinggi atau lebih positif (+7,4175) dibanding pulpen standard techno (+4,645).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara garis besar proses keputusan pembelian pulpen dimulai pada proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan evaluasi hasil pembelian .

3.2 Saran

Bila industri pulpen ingin menarik para konsumen dibutuhkan strategi pemasaran untuk menghadapi persaingan – persaingan yang bermunculan . Salah satunya adalah dengan menganalisis proses pengambilan keputusan .


Sumber:
http://tazmaniabenz.wordpress.com/2010/05/24/proses-pengambilan-keputusan-konsumen/
http://agamkab.go.id/?agam=kreatifitas&se=detil&id=364
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=23&ved=0CC4QFjACOBQ&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F22999204%2F1698305561%2Fname%2FTO%2Bpancen%2Boye.doc&rct=j&q=Tipe%20Proses%20Pengambilan%20Keputusan&ei=4z6UTpCqM9HnrAext4SaBg&usg=AFQjCNEk4bMPF6-c7NqxHXevZz2SNVb9NA&cad=rja
http://midt-pmm.wikispaces.com/Subunit+2-1
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/19996?show=full

TUGAS SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN BAB II

Nama : Rina Sukasih

NPM : 14209487

Kelas : 3EA11

SEGMENTASI PASAR DAN ANALISIS DEMOGRAFI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segmentasi pasar adalah sebuah metode bagaimana memandang pasar secara kreatif. Kita perlu secara kreatif mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang yang muncul di pasar (Hermawan Kertajaya). Segmentasi pasar sangatlah penting di dalam bisnis dan pemasaran.
Pengertian segmentasi pasar sebagai suatu strategi perusahaan tidaklah semata dilakukan dengan cara membedakan produk atau bahkan menciptakan produk baru (product diversification), tetapi didasarkan atas atas perbedaan minat dan kebutuhan konsumen.
Peranan segmentasi dalam marketing :
1. Memungkinkan kita untuk lebih fokus masuk ke pasar sesuai keunggulan kompetitif perusahaan kita.
2. Mendapatkan input mengenai peta kompetisi dan posisi kita di pasar
3. Merupakan basis bagi kita untuk mempersiapkan strategi marketing kita selanjutnya.
4. Faktor kunci mengalahkan pesaing dengan memandang pasar dari sudut unik dan cara yang berbeda.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Segmentasi Pasar (Kepuasan & Profitabilitas) Strategi Pemasaran.

Definisi segmentasi pasar Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan membagi–bagi yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen. Sedangkan definisi yang diberikan oleh Pride & Ferrel (1995) mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli.
Ada lagi pendapat Swastha & Handoko (1987) yang merumuskan segmentasi pasar adalah suatu tindakan membagi pasar menjadi segmen–segmen pasar tertentu yang dijadikan sasaran penjualan yang akan dicapai dengan marketing mix.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens (2002, p.254) pasar terdiri dari pembeli dan pembeli berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam keinginan, sumber daya, lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli. Karena masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya mendisain program pemasarannya tersendiri bagi masing-masing pembeli. Segmentasi yang lengkap membutuhkan biaya yang tinggi, dan kebanyakan pelanggan tidak dapat membeli produk yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk itu, perusahaan mencari kelas-kelas pembeli yang lebih besar dengan kebutuhan produk atau tanggapan membeli yang berbeda-beda. Segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005, p.307)

2.1.1 Segmentasi dan kepuasan

Menurut Philip Kotler (1997:36) Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja ( hasil) suatu produk dengan harapannya.
Macam-macam atau Jenis kepuasan konsumen terbagi menjadi 2 :
a. Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal : karena makan membuat perut kita menjadi kenyang.
b. Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah.
Pengelompokan inilah yang sering kita dengar sebagai segmentasi pelanggan.Segmentasi ini mutlak dilakukan secara bervariasi. Dapat di bagi beberapa segmen berdasarkan :
- Letak geografis
- Volume pembelian demografis
- Produk yang dibeli
- Sesuai kebutuhan Anda
Umumnya, tiap segmen adalah unik dan juga memberi kontribusi yang berbeda terhadap organisasi.

2.1.2 Segmentasi dan profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
1. Tingkatkan Efisiensi Proses Produksi.
Proses produksi yang efisien akan menghasilkan penghematan. Semakin berhemat, semakin rendah pula biaya produksi. Dengan semakin rendahnya biaya produksi, maka margin keuntungan juga samakin tinggi. Terapkan prinsip-prinsip “Total Quality Management” sistem produksi Anda untuk memangkas biaya-biaya yang tidak perlu.
2. Fokus Pada “Core Business” Terpenting Anda.
Apakah Anda sudah mengetahui apa sebenarnya Core Business di mana Anda harus menfokuskan waktu, energi dan pikiran? Jika Anda melenceng pada hal-hal yang tidak penting, maka yang sedah Anda lakukan adalah pemborosan sumberdaya yang sangat berharga, yaitu waktu Anda.
3. Berdayakan Orang-orang Yang Berdedikasi Melalui Kepemimpinan.
Manusia adalah sumberdaya terpenting dalam organisasi Anda. Semakin tinggi tingkat penghargaan Anda pada aspek manusia, semaking tinggi pula tingkat kemampuan untuk menciptakan keberhasilan organisasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan organisasi yang efektif, Anda akan mampu membawa organisasi Anda ke level yang lebih tinggi dan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi pula.
4. Pertajam Kecerdasan Organisasi.
Apakah organisasi Anda merupakan organisasi yang cerdas? Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi pula kemampuan organisasi Anda dalam menavigasikan diri ke arah masa depan yang lebih baik. Seberapa sering Anda memberikan pelatihan-pelatihan berkualitas bagi para karyawan untuk mempertajam kemampuan mereka dalam mengelola organisasi secara lebih profesional. Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan Anda.
5. Kompensasi Yang Sesuai
Manusia ingin dihargai. Jika Anda membayar lebih rendah dibandingkan kemampuan dan usaha yang sudah mereka berikan bagi organisasi Anda, mereka akan merasa dirugikan. Jika mereka merasa dirugikan, maka sebaiknya Anda jangan berharap mereka akan memberikan yang terbaik bagi organisasi Anda. Jika kita melihat negara-negara yang sistem ekonominya telah maju, kita melihat bahwa sistem kompensasi yang diterapkan merefleksikan kinerja.

2.1.3 Penggunaan Segmentasi Dalam Strategi Pemasaran.

Agar segmen pasar dapat bermanfaat maka harus memenuhi beberapa karakteristik:
• Measurable : Ukuran, daya beli, dan profil segmen harus dapat diukur meskipun ada beberapa variabel yang sulit diukur.
• Accessible : Segmen pasar harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
• Substantial : Segmen pasar harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani.
• Differentiable : Segmen-segmen dapat dipisahkan secara konseptual dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen-elemen dan bauran pemasaran yang berbeda.
• Actionable : Program yang efektif dapat dibuat untuk menarik dan melayani segmen-segmen yang bersangkutan.

2.2 Rencana Perubahan

2.2.1 Analisis Konsumen dan Kebijakan Sosial

Analisis konsumen berguna untuk melihat bagaimana konsumen mengambil keputusan dan peran pemasaran di dalamnya.
Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang mengalami berbagai pentahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan. Konsumen merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan oleh dirinya sendiri ataupun stimulus eksternal. Stimulus bisa melalui lingkungan bergaul, sesuatu yang dilihat, ataupun dari komunikasi produk atau jasa perusahaan lewat media massa, brosur, dan lain-lain.
2. Pencarian Informasi. Setelah kebutuhan itu dirasakan, konsumen kemudian mencari produk ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
3. Evaluasi Alternatif. Konsumen kemudian mengadakan evaluasi terhadap berbagai alternatif yang tersedia mulai dari keuntungan dan manfaat yang dia peroleh dibandingkan biaya yang harus ia keluarkan.
4. Keputusan Pembelian. Konsumen memutuskan untuk membeli merek tertentu dengan harga tertentu, warna tertentu.
5. Sikap Paska Pembelian. Sikap paska pembelian menyangkut sikap konsumen setelah membeli produk ataupun mengkonsumsi suatu jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi kebutuhannya dengan produk atau jasa tersebut atau tidak.
Analisis Kebijakan Sosial
Analisis kebijakan (policy analysis) dapat dibedakan dengan pembuatan atau pengembangan kebijakan (policy development). Analisis kebijakan tidak mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang akan datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakn yang sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru.
Namun demikian, baik analisis kebijakan maupun pengembangan kebijakan keduanya memfokuskan pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Analisis kebijakan mengkaji kebijakan yang telah berjalan, sedangkan pengembangan kebijakan memberikan petunjuk bagi pembuatan atau perumusan kebijakan yang baru.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan sosial adalah usaha terencana yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (explanation) dan preskripsi atau rekomendasi (prescription or recommendation) terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang telah diterapkan. Penelaahan terhadap kebijakan sosial tersebut didasari oleh oleh prinsip-prinsip umum yang dibuat berdasarkan pilihan-pilihan tindakan sebagai berikut:
1. Penelitian dan rasionalisasi yang dilakukan untuk menjamin keilmiahan dari analisis yang dilakukan.
2. Orientasi nilai yang dijadikan patokan atau kriteria untuk menilai kebijakan sosial tersebut berdasarkan nilai benar dan salah.
3. Pertimbangan politik yang umumnya dijadikan landasan untuk menjamin keamanan dan stabilitas.

2.2.2 Perubahan struktur pasar konsumen

Struktur Pasar Konsumen - Persaingan Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli :
1. Pasar Persaingan Sempurna
Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak. Contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batubara, kentang, dan lain-lain.
2. Pasar Monopolistik
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya.
3. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya.
4. Pasar Monopoli
Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari satu produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain sebagainya.

2.3 Studi Kasus

SEGA, sebuah perusahaan komputer mainan memiliki visi untuk menjaga kesetiaan segmen pasarnya dengan selalu mengunggulkan teknologi terbarunya. SEGA memperluas jangkauan pasarnya dengan meningkatkan citra produknya dan membidik segmen generasi dewasa serta menawarkan permainan-permainan terbarunya pada semua tingkat segmen. Segmen pasar SEGA adalah umur 10 – 18. Ketika produk SEGA mencapai tahap kedewasaan dan menghadapi tantangan dari pesaingnya, keunggulan teknologi dan variasi permainan ditingkatkan untuk mempertahankan kesetiaan pelanggannya.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

SEGA memperluas jangkauan pasarnya dengan meningkatkan citra produknya dan membidik segmen generasi dewasa serta menawarkan permainan-permainan terbarunya pada semua tingkat segmen.

3.2 Saran

Produk SEGA harus mencapai tahap kedewasaan dan menghadapi tantangan dari pesaingnya, keunggulan teknologi dan variasi permainan ditingkatkan untuk mempertahankan kesetiaan pelanggannya.


Sumber:
http://ayuraimanagement.blogspot.com/2011/01/consumer-behaviour-perilaku-konsumen-2.html
http://wiku2p.blogspot.com/2010/12/segmentasi-pasar-dan-analisis-demografi.html
http://massofa.wordpress.com/2009/03/03/segmentasi-pasar/

TUGAS SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN BAB I

Nama : Rina Sukasih

NPM : 14209487

Kelas : 3EA11

PERILAKU KONSUMEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpatik masyarakat baik melalui peningkatan sarana dan prasarana teknologi tinggi maupun dengan pengembangan sumber daya manusia. Persaingan untuk memberikan yang terbaik untuk konsumen telah menempatkan konsumen sebagai pengambil keputusan. Semakin banyaknya perusahaan sejenis yang beroperasi dengan berbagai produk/jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat dapat menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhannya.
Dewasa ini, keberhasilan pemasaran suatu perusahaan tidak hanya dinilai dari seberapa banyak konsumen yang berhasil diperoleh, namun juga bagaimana cara mempertahankan konsumen tersebut. Dalam pemasaran dikenal bahwa setelah konsumen melakukan keputusan pembelian, ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan rasa puas dan tidak puas. Rasa puas dan tidak puas konsumen didasarkan pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima produk/jasa. Bila produk/jasa tidak memenuhi harapan konsumen, konsumen merasa tidak puas, sehingga dimasa yang akan datang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang. Di lain pihak bila produk/jasa melebihi harapan konsumen, konsumen merasa puas dan akan melakukan pembelian ulang.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perilaku konsumen

Adapun pengertian perilaku konsumen, yaitu tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk mengkonsumsi suatau barang.
Menurut James F Engel, perilaku konsumen didefinisikan tindak-tindakan individu secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan kepustusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut (1988:8)
Menurut David L Loundon, perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang atau jasa (1984:6)
Menurut Gerald Zaltman, perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalaman dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan nyata konsumen yang dipengaruhi oleh factor-faktor kejiwaan dan faktor luar lainnya yang mengarahkan mereka untuk memilihdan mempergunakan barang/jasa yang diinginkannya. Perilaku konsumen suatu produk dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keyakinan konsumen terhadap produk yang bersangkutan, keyakinan terhadap referen serta pengalaman masa lalu konsumen.

2.2 Pemikiran yang benar tentang konsumen

1. Konsumen adalah RAJA
2. Motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian.
3. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasif yang menghadapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu.
4. Bujukkan dan pengaruh konsumen memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum, etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.
Bila ke empat premis ini diabaikan, konsekuensinya hampir selalu negatif. Kami memberikan contoh dari hasil pemikiran yang benar maupun yang salah mengenai konsumen. Kami lebih jauh mendemonstrasikan bahwa penelitian konsumen, bila ditanggapi dan ditafsirkan dengan benar, memberikan masukan yang esensial untuk strategi pemasaran yang baik dalam organisasi yang mencari laba maupun yang tidak mencari laba. Akhirnya, penelitian juga berfungsi sebagai basis untuk pendidikan dan perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting untuk keputusan kebijakkan umum.

2.3 Penelitian konsumen sebagai bidang yang dinamis

Perilaku konsumen pada saat ini telah menjadi suatu bidang kajian yang dinamis dan sangat menarik untuk dipelajari. hal ini disebabkan baik disadari maupun tidak, sebenarnya setiap diri kita sebagai manusia adalah konsumen, dengan banyak contoh yang dapat dikemukakan dalam kehidupan kita sehari-hari.

2.4 Studi Kasus

Hasil survey penelitian terhadap 140 responden menunjukkan bahwa sebagian besar contoh konsumen ISN adalah berpengeluaran rata-rata per bulan dibawah Rp 500.000,-, bertempat tinggal di indekost
Perilaku konsumsi makanan khas daerah menunjukkan pola yaitu tingkat frekuensi konsumsi yang tidak menentu (82,1%), cara memperoleh makanan khas daerah melalui kombinasi antara membuat, membeli dan acara-acara khusus (44,3%). Sebagian besar responden menyukai makanan khas berjenis lauk (36,4%) dan sebanyak 45,4% mengkonsumsinya sebagai makanan selingan. Jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi adalah jenis makanan rebusan (39,8%). Adapun alasan mengkonsumsi makanan khas daerah adalah dikarenakan cita rasa yang terdapat pada makanan tersebut (86,76%). Sebanyak 40,7% responden terkadang merasakan kesulitan dalam memperoleh makanan khas daerah .
Perilaku kosumsi ISN menunjukkan pola yaitu terdapat jumlah yang sama pada konsumen yang mengkonsumsi sedikit dan konsumen yang mengkonsumsi banyak (34,3%). Sebagian besar responden mengkonsumsi jenis rasa tertentu (59,3%). Dasar pertimbangan konsumsi sebagian besar responden adalah situasi dan kondisi saat proses pembelian (35%). Sebanyak 72,3% responden mengetahui atau menyadari keberadaan iklan ISN.
Hubungan antara perilaku konsumsi makanan khas daerah dan konsumsi ISN dengan menggunakan metode tabulasi silang dan uji asosiasi Chi-Square umumnya menunjukkan tidak adanya hubungan diantara kelompok variabel perilaku konsumsi makanan khas daerah dan variabel perilaku konsumsi ISN.
Melalui metoda Cochran Q-test dengan proses empat kali iterasi maka 18 atribut yang ada dirasakan hanya sebelas atribut yang dianggap penting yaitu harga, rasa, bobot, kandungan gizi, aroma, kesegaran, daya tahan, pengolahan, ketersediaan produk, pelengkap tambahan dan sertifikasi kualitas. Selanjutnya kesebelas atribut tersebut dianalisa menggunakan analisis sikap multiatribut Fishbein. Analisis tersebut menghasilkan nilai 142,85 yang memiliki arti netral. Kenetralan nilai sikap mutiatribut Fishbein memberikan gambaran bahwa atribut-atribut ISN tidak memberikan kesan yang cukup positif maupun negatif pada benak responden.
Pemetaan atribut berdasarkan lima wilayah rasa ISN (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur) menggunakan metoda analisis Biplot menunjukkan hanya dua wilayah rasa (Sumatera dan Jawa) yang memiliki keungulan atribut yang diuji yaitu Sumatera pada kelompok atribut pertama dan Jawa pada kelompok atribut kedua. Adapun kelompok atribut pertama yaitu atribut rasa, harga, bobot, ketersediaan, daya tahan, sertifikasi dan aroma. Sedangkan kelompok atribut kedua yaitu pelengkap, kesegaran dan gizi.
Berdasarkan hasil analisis-analisis tersebut di atas maka dapat ditinjau ulang (review) penetapan STP (Segmentation. Targeting. Positioning) ISN dan konsep produk yang menjadi ekspektasi konsumen.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis-analisis tersebut di atas maka dapat ditinjau ulang (review) penetapan STP (Segmentation. Targeting. Positioning) ISN dan konsep produk yang menjadi ekspektasi konsumen.

3.2 Saran

Wilayah rasa ISN (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur) harus mempunyai atribut pertama dan kedua yaitu atribut rasa, harga, bobot, ketersediaan, daya tahan, sertifikasi dan atribut kedua yaitu pelengkap, kesegaran dan gizi.



Sumber:
www.lontar.ui.ac.id
http://www.skripsi-tesis.com/06/15/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-dan-perilaku-membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm

Minggu, 09 Oktober 2011

PERTEMUAN KE 3 METODE RISET " JURNAL SENDIRI "

JURNAL ILMIAH
Judul: Masalah Pengangguran Yang Terjadi di Indonesia
Pengarang: Rina Sukasih
Tema: Pengangguran

BAB I
Pendahuluan



Latar Belakang Masalah
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran.di.Indonesia.bertambah.


Penelitian Terdahulu
Zatermans Rajagukguk, Juni 2008 Pengangguran yang perlu mendapatkan perhatian adalah penggangguran yang tergolong terpaksa dan putus asa. Nugraha Setiawan, 2005 menelusuri struktur umur dan tingkat pendidikan penganggur baru, apakah secara kualitas mereka lebih baik dibandingkan dengan para penganggur yang pernah bekerja, atau malah sebaliknya. Farid Alghofari, 2007 menganalisis hubungan antara penduduk, inflasi, upah, dan pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran total di Indonesia.


Perumusan Masalah
• Bagaimana kebijakan yang paling tepat dan logic untuk menanggulangin masalah pengangguran tersebut ?
• Apakah ada dampak wilayah pedesaan dan perkotaan ada dampak perbedaan wilayah terhadap karakteristik penganggur dan juga terhadap tingkat pengangguran ?
• Bagaimana hubungan kenaikan jumlah penduduk dengan jumlah pengangguran ?


Motivasi Penelitian
Berdasarkan rekomendasi dari riset sebelumnya, Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini. Alasan yang mendasari ketertarikan peneliti adalah diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak terkait dalam menanggulangi pengangguran serta bahan pemikiran bagi para peneliti dalam memperhatikan masalah pengangguran di masa mendatang.


Tujuan Penelitian
 Menentukan kebijakan yang paling tepat dan logic untuk menanggulangin masalah pengangguran tersebut.
 Mengetahui dampak wilayah pedesaan dan perkotaan ada dampak perbedaan wilayah terhadap karakteristik penganggur dan juga terhadap tingkat pengangguran.
 Menentukan hubungan kenaikan jumlah penduduk dengan jumlah pengangguran.


Sumber
Menyoal Penyebab, dan Kebijakan Penanggulangan Persisten Pengangguran, Zantermans Rajagukguk 2008
ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA TAHUN 1980-2007, Farid Alghofahri 2007
STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA, Nugraha Setiawan 2005

Tugas ini ditujukan untuk Bpk.Prihantoro

Minggu, 02 Oktober 2011

ANALISIS JURNAL

NAMA : Rina Sukasih
NPM : 14209487
KELAS : 3 EA 11

ANALISIS :
JURNAL 1
Judul, Nama Pengarang, Tahun.
Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Restoran Keluarga dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran Hot Cwie Mie Malang & Roellie's Restaurant di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya, NI LUH PURNAMI, 2004.

Tema : Daya Tarik Sebuah Restoran Dalam Menarik Konsumen di Berbagai Wilayah di Indonesia

Latar Belakang Masalah
Meningkatnya jumlah bisnis restoran menyebabkan persaingan bisnis yang semakin ketat pada industri ini. Setiap restoran menawarkan kepada konsumennya konsep yang berbeda-beda mulai dari menawarkan rasa makanan yang unik, tempat yang nyaman dan unik, hingga perang harga dilakukan para pebisnis restoran.

Masalah
Bagaimana segmentasi dan positioning dari restoran Hot CMM & Roellie's?

Tujuan Penelitian
Menganalisis segmentasi dan positioning dari restoran Hot CMM & Roellie's.

Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Wawancara dilakukan dengan panduan kuesioner terstruktur guna mendapatkan data primer sedangkan waktu penelitian adalah dari bulan September sampai Desember 2003.
2. Populasi dan Sampel
Populasi terdiri atas 100 orang koresponden yang datang ke restoran Hot CMM & Roellie's dengan teknik non probability sampling dengan cara convinience sampling.
3. Metode Analisis Data
Untuk menggali informasi dari data, metode yang digunakan meliputi analisis thurstone digunakan untuk mengetahui peringkat kepentingan atribut, analisis cluster dan analisis faktor untuk mengetahui segmentasi pelanggan, analisis korespondensi untuk memetakan positioning dari restoran Hot CMM & Roellie's, dan analisis performance importance untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kinerja (performa) dari atribut.

Hipotesis
Secara keseluruhan restoran Hot CMM & Roellie's memilki kedekatan dengan atribut pelayanan yang ramah dengan tata interior yang menarik.

Hasil dan Analisis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen restoran Hot CMM & Roellie's dapat dikelompokkan menjadi tiga segmen berdasarkan aspek psikografis, yaitu attention seeker (32%), the affluent (30%), dan the achievers (38%).
Segmen the achievers merupakan segmen yang potensial bagi pengembangan pemasaran restoran Hot CMM & Roellie's.
Sedangkan hasil dari analisis faktor menunjukkan terdapat 4 (empat) faktor yang harus diperhatikan oleh Hot CMM & Roellie's untuk pengembangan pasarnya. Keempat faktor tersebut adalah faktor fasilitas fisik, faktor sumberdaya manusia, faktor produk serta yang terakhir adalah faktor harga.
Implikasi
Implikasi manajerial, yaitu : (1) Segmentasi Hot CMM & Roellie's merupakan informasi penting untuk perancangan strategi pemasaran terutama dalam pemilihan pasar sasaran dan strategi komunikasi.

Sumber :
http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=mbipb-12312421421421412-niluhpurna-543

Jurnal 2
Judul, Nama Pengarang, Tahun.
Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetian Merek
(Studi Kasus Restoran The Prime Steak & Ribs Surabaya), F Foedjiwati,2005

Tema : Daya Tarik Sebuah Restoran Dalam Menarik Konsumen di Berbagai Wilayah di Indonesia

Latar Belakang Masalah
Konsumen restoran ini makin hari makin bertambah, dan terlihat ada kesetiaan dari pelanggannya dilihat dari frekuensi kunjungan mereka.

Masalah
Bagaimana tingkat kesetiaan pelanggan restoran ini berdasarkan tingkat kepuasan mereka?

Tujuan Penelitian
Dapat menjadi masukkan manajemen mengevaluasi keberhasilan dalam mengelolah restoran menghadapi pesaing yang makin ketat dan agresif.

Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan konklusif, yang tujuannya untuk mendeskripsikan atribut-atribut kepuasan konsumen dan kesetiaan merek, kemudian dicari hubungan kausal antara kepuasan konsumen dengan kesetiaan merek tersebut.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh konsumen restoran The Prime Steak &Ribs yang berdomisili di Surabaya dengan sample diambil dengan cara acak sederhana berdasarkan nomor pengunjung dalam satu minggu pertama dan satu minggu terakhir dalam bulan Mei 2003, sebanyak 110 sampel.
3. Variabel
Peneliti melakukann deskripsi terhadap atribut pembentuk variabel kepuasan konsumen, maupun atribut pembentuk loyalitas merek melalui penilaian konsumen dengan berfokus kepada ukuran mean, range, dan standar deviasi, yang akan memberi gambaran tentang ukuran pemusatan maupun ukuran variasi masing-masing atribut

Tabel 1. Deskripsi Variabel Kepuasan Konsumen
Atr. Kepuasan N Range Mean St. dev
HARGA 100 4 3.76 .95
KUALITAS 100 3 4.02 .93
KEANDAL 100 3 3.64 .96
JAMINAN 100 4 3.88 1.02
KECEPATAN 100 3 3.74 .92
KESEDIAN 100 3 3.94 .89
KEMAMPUAN 100 4 3.86 .92
KESOPANAN 100 3 4.22 .81
PENYAMPAIAN 100 3 4.06 .84
KEMUDAHAN 100 4 4.08 1.00
PERMINTAAN 100 4 3.94 .97

Hipotesis
Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari 100 responden yang memenuhi
syarat untuk diolah lebih lanjut, 10 data responden dianggap tidak dapat digunakan
karena tidak lengkap.

Hasil Analisis
Kepuasan konsumen untuk beberapa atribut masih mempunyai variasi penilaian
yang tinggi, hal ini tentu berkaitan dengan segmentasi konsumen yang berbeda
dengan tuntutan pelayanan yang berbeda pula.
Atribut keseringan makan di restoran The Prime Steak & Ribs mempunyai nilai
yang rendah dapat merupakan suatu kelemahan dalam mengukur kesetiaan merek.

Rekomendasi
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dimasukkan variabel pengalaman belanja sebagai mediasi antara personal dan parchase decision dan kelompok referensi sebagai moderador antara kultur dengan purchase decision.

Sumber: uslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=MAN05070105

Jurnal 3
Judul, Nama Pengarang, Tahun.
Peran Anggota Keluarga Dalam Pemilihan Restoran Di Kawasa Puncak, Kabupaten Bogor, Rahmat Ingkadijaya, 2007.

Tema : Daya Tarik Sebuah Restoran Dalam Menarik Konsumen di Berbagai Wilayah di Indonesia

Latar Belakang Masalah
Semakin meningkatnya jumlah wisatawan maka semakin berkembang juga bisnis di bidang kepariwisataan, salah satu bisnis dibidang kepariwisataan yang tumbuh dengan pesat adalah bisnis restoran yang berkembang khususnya di kota-kota besar.

Masalah
Bagaimana mengetahui peranan dari masing-masing anggota keluarga bagi pemasar dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat?

Tujuan Penelitian
Menganalisis peran dari setiap anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pemilihan restoran.

Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan 2 jenis data yaitu, data primer dan data sekunder.

2. Populasi dan Sampel
Populasi terdiri atas 103 keluarga atau 412 orang yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak-anak.
3. Metode Analisis Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan 2 jenis data yaitu, data primer dan data sekunder.
Hipotesis
Ho : Tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai atribut restoran yang penting diantara Ayah, Ibu dan Anak.
Ha : Terdapat perbedaan persepsi mengenai atribut restoran yang penting diantara Ayah, Ibu dan Anak.

Hasil dan Analisis
Rumusan masalah penilitian dilakukan analisis data yang menggunakan analisis deskriptif dan analisis varians satu jalan Kruskal-Wallis.
Hasil penilitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal bertempat tinggal di Jakarta (57,4%), sedangkan sisanya berasal dari Tangerang (12,8%), Bekasi (10,6%), Bogor (10,6%), Depok (4,3%), Bandung (2,1%) dan Sukabumi (2,1%). Kenyataan ini menguatkan anggapan bahwa kawasan puncak merupakan daerah wisata favorit bagi penduduk jakarta.
Pendekatan promosi sebaiknya disesuaikan dengan peran tiap angota keluarga dalam pengambilan keputusan, pihak manajemen harus memfokuskan pendekatan promosi itu untuk membentuk persepsi dalam benak penyaring informasi (gatekeeper) dan pemberi pengaruh (influencer).

Implikasi
Oleh karena itu untuk lebih memahami pengambilan keputusan yan dilakukan oleh keluarga terutama yang terjadi dimasyarakat Indonesia perlu dilakukan penelitian-penelitian mengenai pengambilan yang melibatkan keluarga besar seperti yang terjadi pada pengambilan makan di restoran

Sumber: journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr/article/view/3324/2249


Ini adalah tugas yang diberikan oleh Pak Prihantoro

Sabtu, 24 September 2011

METODE RESET "3 ANALISIS JURNAL"

ANALISIS JURNAL
TEMA:Dampak Kenaikan Harga BBM di Indonesia

Judul, nama pengarang, tahun

1. DAMPAK KENAIKAN BBM YANG DITAKUTI MASYARAKAT BAWAH , Nasrullah ,tahun 2008
2. 2010, Pemerintah Bisa Kerek Harga BBM, Martina Prianti,2010
3. Minyak dunia US$100, harga BBM tak naik.,Sylviana Pravita R.K.N, 2011

a. Latar belakang masalah
Fenomena yang terjadi

1. Tahun 2008 ini pemerintah memutuskan lagi untuk menaikkan harga BBM. Alasannya adalah untuk melakukan penyelamatan APBN 2008. Pemerintah akhirnya mengeluarkan lagi kebijakan BLT. Sekali lagi, sungguh kebijakan seperti ini hanya bersifat Penyembuhan belaka dan bersifat temporer.

2. Pemerintah makin leluasa mengerek harga BBM bersubsidi tahun depan. Salah satu pasal dalam UU tentang APBN 2010 akan memberi ruang buat pemerintah untuk menaikkan harga premium dan kawan-kawan.

3. Pada tahun 2011,Pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia.Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh mengatakan pemerintah pernah menghadapi harga minyak dunia hingga di atas US$100 per barel dan berhasil melewatinya.


Penelitian sebelumnya
1. Kejadian pada tahun 2005 yang lalu, sangat bisa menjadi pelajaran yang berharga. Dimana pada waktu itu, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM beberapa persen. Setelah kenaikan harga itu, harga barang-barang pokok lainnya pun ikut naik, termasuk juga barang-barang golongan mewah. Setelah terjadi gejolak pasar seperti itu, pemerintah pun mengeluarkan kebijakan BLT ( Bantuan Langsung Tunai) untuk membantu masyarakat miskin yang kian melarat akibat kenaikan harga barang-barang tersebut.

2. Pemerintah tidak bisa begitu saja mendongkrak harga BBM bersubsidi. "Syaratnya, kalau harga minyak mentah naik sampai di atas 10 persen dari asumsi harga minyak Indonesia (ICP) sebesar 65 dollar AS per barrel.

3. Kemungkinan tidak ada kenaikan harga BBM akibat harga minyak dunia yang naik dalam Refleksi Akhir Tahun 2010.

Motivasi Penelitian
1. Penyelamatan terhadap rakyat ketimbang menyelamatkan APBN yang masih rawan akan penyimpangan dan pemborosan.

2. Kenaikan harga BBM ini juga untuk mengantisipasi potensi kehilangan yang besar dari adanya insentif pajak berupa penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) untuk badan dari 28 persen menjadi 25 persen,

3. Pemerintah akan menyiapkan rencana kebijakan pengaturan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi secara teknis daripada harus mempercepat pelaksanaan.



Masalah
1. BBM (Bahan Bakar Minyak) mengalami kenaikan harga, melonjaknya harga barang-barang pokok lainnya dan kemiskinan pun akan meningkat.
2. kenaikan ICP, antara lain akan meningkatkan belanja subsidi BBM dan dana bagi hasil ke daerah. Jika rata-rata harga minyak lebih tinggi 1 dollar AS per barrel dari angka asumsi, ada tambahan defisit hingga Rp 100 miliar.
3. masih banyak yang tidak berhak menerima subsidi malah mengambil jatah bersubsidi.

Tujuan
1. Pemerintah tidak menaikkan harga BBM,sehingga barang-barang pokok lainnya tidak mengalami kenaikan.
2. .Kenaikan BBM bersubsidi hanya salah satu cara lantaran pemerintah punya opsi lain yang juga sudah mendapat restu dari DPR, yakni pendistribusian BBM bersubsidi dengan sistem tertutup. Dengan begitu, BBM bersubsidi bisa lebih tepat sasaran.
3. Pemerintah akan menyiapkan rencana kebijakan pengaturan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi secara teknis daripada harus mempercepat pelaksanaan.


Sumber Jurnal

1. http://segalaartikel.blogspot.com/2008/06/dampak-kenaikan-bbm-yang-ditakuti.html

2. http://oase.kompas.com/read/2009/09/16/11193058/2010.pemerintah.bisa.kerek.harga.bbm

3. http://www.bisnis.com/articles/menteri-esdm-minyak-dunia-us$100-harga-bbm-tak-naik


NAMA : RINA SUKASIH
KELAS: 3 EA 11

Jumat, 22 April 2011

Teroris Pondok Kopi Diduga Simpan Bahan Peledak di Lantai Kontrakan

Jakarta - Terduga teroris yang ditangkap di Pondok Kopi, Jakarta Timur (Jaktim), dicurigai menyimpan bahan peledak di bawah lantai kontrakan mereka. Warga sekitar khawatir bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Kecurigaan itu timbul dari adanya lapisan semen yang masih baru di lantai ruang tengah kontrakan tersangka berinisial D, Kampung Rawadas, No 81 RT 01/03, Duren Sawit, Pondok Kopi. Padahal pemilik kontrakan merasa belum pernah memperbaiki lantai tersebut.

"Yang punya rumah ini, Pak Bambang, belum pernah bikin luran semen baru, takutnya ada apa-apa," ujar Ketua RT setempat, Murapy, kepada wartawan di lokasi, Jumat (22/4/2011).

Menurut Murapy, ia sempat menyaksikan sendiri adanya lapisan semen baru di rumah kontrakan berukuran 3x9 meter itu. Hingga kini, Puslabfor Mabes Polri belum berani membongkar lantai tersebut.

"Orang Puslabfor nggak berani bongkar, nunggu Tim Gegana saja yang buka. Warga di sini takutnya ada bom di dasar lantai," katanya.

Pantauan detikcom, seluruh lantai kontrakan tersangka yang berprofesi sebagai penjual mainan itu memang terbuat dari semen. Di ruang depan, terlihat ada 2 sepeda kayuh berisi mainan-mainan yang sebagian jatuh berceceran. Bekas-bekas penggerebekan pada Kamis, (21/4/2011) kemarin, juga masih terlihat.

Total ada 5 terduga teroris yang digerebek di Pondok Kopi, yaitu A, D, M, R, A. Mereka menempati 2 rumah kontrakan yang berbeda. Salah satu kontrakan bernomor 72 dan terletak sekitar 40 meter dari kontrakan yang disewa atas nama D.
sumber : detiknews.com

Buktikan Kasus Direkayasa, Antasari Siap Sumpah Pocong

Jakarta - Terpidana pembunuhan Direktur PT PRB Nazrudin Zulkarnaen, Antasari Azhar, diminta untuk melakukan sumpah pocong terkait dugaan rekayasa kasus yang menimpanya itu. Permintaan tersebut disampaikan Dewan Penyelamat Negara (DEPAN) dan Antasari sendiri menyanggupinya.

"Kedatangan kami ke sini untuk meminta sumpah pocong Pak Antasari, sebagai monmentum gerakan moral untuk mendukung Antasari," ujar salah seorang anggota DEPAN, Permadi, saat mengunjungi Antasari di LP Dewasa Tangerang, Jl Veteran, Tangerang, Jumat (22/4/2011).

Permadi datang bersama anggota DEPAN lainnya seperti, Effendi Choiri (mantan anggota DPR FPKB) Suripto (MPP PKS), Yasril Ananta Baharudin (mantan anggota DPR FPG), Taslim (Ketua Perhimpunan Katolik), Pong Hardjatmo (artis senior), dan Mayjen purn Saurip Kadi (mantan Assisten Teritorial Angkatan Darat) dan seorang Habib Tangerang bernama Habib Ahmad Khodoro.

Menurut Saurip Kadi, negara ini telah dipenuhi oleh mafia yang ia sebut sebagai 'ulat bulu'. Dan mereka ini, lanjut Saurip, selalu memanfaatkan segala kesempatan yang ada untuk mencapai tujuannya.

"Pak Antasari ini sudah terkena getah 'ulat bulu'. Antasari telah menyenggol 'ulat bulu' jadi beginilah, jadi seperti ini," kata Saurip.

Antasari sendiri mengaku terharu dengan kedatangan tamunya ini. Ia bahkan sempat menangis. Mengenai permintaan sumpah pocongnya itu, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ini mengaku siap.

"Saya mantap, kapan saya diminta sumpah pocong saya siap," kata Antasari.

Pihak DEPAN pun akan segera melakukan persiapan prosesi tersebut. "Prosesinya akan digelar dengan acara yang lebih serius," kata Habib Ahmad Khodoro.
sumber : detiknews.com